
Hampir dini hari dan puluhan kendaraan masih berjejer memenuhi salah satu sisi Jalan Gejayan, tepatnya di depan Apotek Ardi Farma. Sedangkan pemiliknya, sebagian terlihat sibuk berkerumun menunggu antrian hingga pesanannya dilayani. Beberapa lainnya telah memenuhi kursi dan meja plastik serta lesehan bertikar yang disediakan. Meskipun udara Jogja malam itu sedang dingin usai diguyur hujan, tampaknya tak menyurutkan niat para pengunjung yang ingin meredakan lapar atau sekadar mencicipi kuliner di sebuah warung tenda yang cukup terkenal di kalangan mahasiswa ini.
Sebagai bukti betapa melegendanya Warung Nasi Campur Gejayan, beberapa fans-nya rela mengantri beberapa jam sebelum warung ini buka. Bahkan pelanggan lama yang sudah sangat "mengenal" warung tenda ini, terkadang merasa tak sabar harus menunggu hingga larut malam. Mereka pun nekat mendatangi rumah si empunya warung yang masuk ke dalam gang, tak jauh dari lokasi warung tersebut.
Usai memarkirkan kendaraan, YogYES pun segera bergabung dalam antrian. Di tengah kerumunan tampak sebuah meja penuh dengan panci-panci berisi sayur lodeh, aneka lauk dalam piring-piring lebar bahkan baskom seperti aneka gorengan, telur dadar, telur asin, telur bumbu balado, ayam goreng, ayam bumbu balado dan masih banyak lainnya. Tak ketinggalan segerombol petai mentah digantung tepat di atas meja yang menggoda para penggemarnya.
Meskipun kerumunan orang sepertinya tak menandakan akan segera bubar, namun tak perlu waktu yang lama bagi YogYES untuk mendapatkan sepiring nasi campur lengkap dengan sambal teri dan lauk-pauk lain sebagai teman makan. Dengan cekatan Pak Waluyo dan istrinya melayani setiap pesanan dari pelanggan termasuk kami. Pak Waluyo dan istrinya adalah generasi kedua yang berjualan Nasi Campur di Jalan Gejayan ini. Beliau meneruskan usaha kuliner melegenda ini dari bapaknya yang dikenal sebagai Mbah Dul atau Pak Abdul pada tahun 1993.
Di antara puluhan pembeli yang menunggu antrian, tiba-tiba ada salah seorang yang bertanya, "Ini gudeg ya pak?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar